Oto Biografi aku

Hari jumat tepatnya pada tanggal 24 November 1995 aku di lahirkan di desa yang begitu jauh dari kota,tempatnya di desa prapodangan kota Aek kenopan.Aku anak kedua dari empat bersaudar saudar pertama aku cowok yang kedua ea aku sendiri di bawah aku adalah cewek  di bawah  adik ku cewek adalah cowok,aku di beri nama Nanda saputra oleh kedua orangtuaku,setelah aku berumur 5 tahun baru aku tau hari kelahiran aku,aku dan abangku sejak aku berumur 5 tahun aku terpisah dengan abang ku di karenakan abang aku ikut dengan nenek aku sedangkan aku tinggal bersama kedua orangtua.setelah aku berumur enam tahun kedua orang tua aku pindah rumah tepatnya di Mahato karena nenek aku migrasi kesana jadi kedua orang tua aku migrasi juga kesana, setelah satu tahun lamnya aku dengan abangku berpisah akhirnya aku berjumpah kembali dengan abangku di karenakan kedua orangtuaku ikut migrsi dengan nenek aku.
Di sana tempat tinggal yang baru tentu rumah baru, ternyata di tempat tinggal yang baru masih hutan dan bertetangga sangat jarang di karenakan masik hutan bukaan baru tentu sekeloh belum ada di karenakan masih terbilang hutan,kalu mau sekolah pun harus jauh sekali oleh karena itu aku dan abangku tidak dapat sekolah seperti anak biasanya yang seumuran dengan aku dan abankgku.
Tak jarang juga kami menyatu dengan alam, dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Meski siang-siang, terik matahari, panas, kami tak peduli. Kami adalah sahabat matahari, tak ada yang perlu di takuti.
Salah satu kegiatan kami adalah membuat perangkap ikan di parit-parit tengah sawah. Menggiring ikan-ikan kecil masuk ke dalam perangkap. Berteriak senang saat mendapati perangkap terisi dengan ikan-ikan kecil (meskipun sebenarnya yang kami dapat saat itu adalah kecebong-kecebong). Memasukkannya dalam kantong plastik, bergantian memegangnya, memandanginya yang bergerak gesit dalam air, dan bernyanyi riang menapaki pematang sawah yang becek. Ah… hal sesederhana itu, mampu membuat hati kami berbunga-bunga.

Di sawah-sawah yang membentang luas, kami mencari ciplukan (buah yang berbentuk bulat sebesar kelereng, berwarna hijau bila mentah, dan berwarna coklat bila masak, rasanya amat manis). Sering juga kami menangkap capung dan belalang, berlomba mengumpulkan sebanyak-banyaknya. Inilah salah satu keahlian kami, menangkap capung dan belalang yang terkenal gesit, dengan tangan kosong, dengan jurus yang mengejutkan, bagi hewan berkaki enam itu. Kami memiliki keahlian menangkap capung dan belalang, tak peduli yang sedang terbang di udara atau yang hinggap di ranting-ranting dan pucuk daun tanaman, kami bisa menangkapnya, tanpa jaring.
Salah satu temanku memasang kuda-kuda, siap menangkap buruan. Ia berdiri, mematung. Tangannya direntangkan, dengan telapak tangan terbuka ke atas. Matanya berputar-putar mencari capung yang terbang ke udara, berharap ada yang mau lewat di atas kepalanya. Tuhan mengabulkan permohonannya. Tak berapa lama, seekor capung bermanuver di samping tubuhnya. Naik. Menukik. Terbang lagi. Dan akhirnya terbang melesat di atas kepala temanku itu. Dengan cepat, secepat kilat, kedua telapak tangan itu bertemu “puk” menangkup, capung itu dapat sekali tepuk, hebat bukan. Manusia diciptakan dengan kelebihan masing-masing. Kami diciptakan dengan kelebihan menangkap serangga.
Ada yang lebih hebat lagi, beberapa temanku bahkan bisa menangkap capung yang sedang terbang di udara bagai menangkap gelembung balon. Mereka hanya tinggal meloncat, melambaikan tangan, capung dalam genggaman, luar biasa. Aku hanya bisa berhasil melakukan itu sekali dua kali, selebihnya gagal.
Meski aku tak begitu mahir menangkap capung yang sedang terbang di udara, aku mahir menangkap capung yang sedang hinggap di ranting atau pucuk daun. Jika ada capung yang hinggap, mataku fokus, tanganku mengambil ancang-ancang beberapa cm di samping buruanku. Setelah aku merasa waktunya tepat (naluri pemburu mode on), aku menggerakkan tangan mendatar, cepat, pasti, sepersekian detik, capung tertangkap. Shock, capung itu terkejut dengan keadaannya sekarang, sayapnya terikat oleh dua jari manusia, tak bisa terbang. Capung itu menggeliat, memberontak. Percuma.
Aku memasukkannya ke dalam plastik yang telah dilubangi kecil-kecil agar capung di dalamnya bisa bernafas. Capung itu berputar-putar, mencari jalan keluar. Percuma. Cukup lama. Putus asa.
Aku mengamati capung yang terdiam itu. Bola matanya yang bundar dan besar berputar-putar. Sungguh lucu. Warna tubuhnya sungguh menawan, di dominasi warna biru cemerlang, berbelang kuning. Sayapnya bening, berwarna-warni, bagai warna pelangi saat memantulkan sinar matahari, sungguh cantik.
Aku duduk, sibuk memandangi capung tangkapanku. Tak peduli dengan perlombaan menangkap capung itu. Satu capung dalam genggaman, itu sudah cukup.
Capung itu mengepak-ngepak. Lemah. Entah mengapa aku kasihan. Ia terlihat pasrah, matanya tak lagi berbinar, sayu. Ia semakin lemah. Oh… aku tak ingin kalau capung ini sampai mati. Makhluk cantik ini tak boleh mati, tak boleh mati karenaku. Aku teringat kata Ibu, kalau aku tak boleh menyiksa binatang, dosa. Oh… Tuhan, apa yang sedang aku lakukan?
Akhirnya aku memutuskan. Kuambil capung itu dari plastik, kujepit sayapnya dengan jariku. Kuangkat ke atas. Ku bebaskan ia. Sayapnya mengepak, sejenak linglung, terbangnya terseok-seok, namun dengan cepat ia menyeimbangkan tubuhnya, terbang ke atas, dan seakan menoleh ke arah ku, berkata “Terima Kasih”. Aku melambaikan tangan dan membalasnya “Sama-sama” (jangan pernah meremehkan imajinasi anak-anak, mereka pengkhayal yang hebat).
Kemudian, capung itu melesat, gesit, ke angkasa, tak terlihat. Aku menatap takzim kepergiannya. Aku merasa lebih bahagia.
Beberapa saat kemudian, temanku menghampiriku, bingung, melihat tanganku yang kosong.
“Ndi kinjeng mu? Gak entuk belas? (Mana capungmu? Tidak dapat sama sekali?)”, tanyanya heran.
Aku tersenyum dan berkata, “Sepertinya kita tidak usah berlomba menangkap capung lagi”.
Aku menunjuk plastik yang dipegang oleh temanku. Tiga ekor capung berebut tempat dan oksigen di dalamnya. Sambil memasang wajah serius aku kembali berkata, “Kalau mereka mati, arwah mereka akan menghantuimu tiap hari”.
Temanku bergidik, sambil tersenyum datar ia berkata, “Ah… enek-enek ae awakmu (Ah… ada-ada saja kamu)”.
Aku hanya tersenyum, melangkah pergi.
Di belakangku temanku itu buru-buru membuka plastiknya. Tiga ekor capung terbang. Bebas. Langit menyambutnya.
Hari-hari berikutnya aku rindu menangkap capung. Kenikmatan dan ketegangan menangkap capung menyergapku. Aku juga ingin melihat keindahan warnanya. Akhirnya, jika tidak tahan, aku menangkapnya, hanya melihatnya sebentar, lalu melepaskannya lagi.
Berbeda dengan capung, belalang mudah ditangkap. Bagi kami mereka tak terlalu gesit. Tapi kami tak begitu suka menangkap belalang. Selain tak ada kenikmatan saat menangkapnya (karena terlalu pasif, tak banyak bergerak, tak ada tantangan), belalang juga sering buang kotoran dan cairan bau saat di tangkap. Alhasil, kami harus cuci tangan bersih-bersih.
Semenjak itu, aku tak pernah menangkap capung dan belalang lagi. Aku cukup bahagia melihat mereka terbang sesuka hati, kesana-kemari, menghias angkasa. Ternyata yang seperti itu lebih indah, melihat mereka bahagia. Tak ada yang lebih bahagia melebihi kebebasan bukan?!.
Selain bermain di sawah, kami biasanya mencari telur dalam jerami. Kegiatan ini sangat seru. Hanya saja kami tak bisa menikmatinya setiap hari. Hanya waktu-waktu tertentu, pada musim ayam-ayam betina bertelur. Pak Poh (panggilan bagi kakak Ibuku) memiliki peternakan ayam. Peternakan itu berada tak jauh dari lapangan tempat bermain kami. Area peternakan itu besar, tapi ayam ternaknya tak begitu banyak. Sehingga ayam-ayam itu dibiarkan bebas tanpa di masukkan ke dalam kandang-kandang kecil. Pak Poh membuat sebuah “rumah” bagi ayam-ayam itu. Lengkap dengan jerami yang tebal dan berundak sebagai alas serta atapnya. “Rumah” ayam itu setengah terbuka. Yang dibatasi dinding hanya bagian belakang, samping kiri, dan samping kanan. Rumah itu digunakan ayam-ayam untuk tidur, berteduh, dan bertelur. Jika musim bertelur tiba, Pak Poh memanggil kami, dan membagikan keranjang kecil pada kami. Ia meminta kami untuk mengambil telur-telur yang ada di tumpukan jerami di “rumah ayam” itu. Kami menerima tawaran Pak Poh dengan senang hati. Kami berlomba mengumpulkan telur-telur. Berhati-hati, jangan sampai menginjak telurnya. Jangan sampai telurnya pecah, sayang.
Kami mencari dengan jeli, sampai ke sela-sela, ke sudut ruangan, siapa tahu ada ayam yang termarjinalkan di dalam kelompoknya, tak punya tempat, terpaksa bertelur di sudut ruangan. Kasihan.
Setelah keranjang-keranjang kami terisi telur, kami memberikannya kepada Pak Poh. Pak Poh tersenyum, berterima kasih. Membawa telur-telur itu ke dalam, untuk ditetaskan. Sebagai imbalannya kami mendapatkan sekeranjang jagung untuk dibakar dan dimakan bersama-sama. Ah… betapa nikmatnya.

Setelah setahun kemudian barulah sekelahan di buka barulah aku dan abangku di daptarkan oleh ayah ku dengan berjalan kaki, aku dan abangku sama-sama duduk di bangku kelas satu SD di karenakan abangaku terlambat masik satu tahun, saat kami sampai di tempat pendaptaran SD murid baru aku begitu terbengong melihat para murid yang mendaptar begitu badanya sangat besar-besar dan badan yang begitu tinggi sedangkan aku begitu kecil.
Sehari-hari aku dan abangku pergi sekolah berjalan kaki dengan melewati rawa-rawa, ketika waktu pertama kali masuk di bangku SD kami di suruh menggambar watu itu aku binggung mau menggambar apa sedangkan aku memegang pensil belum begitu paham ketika semua teman-teman aku selesai menggambar beserta abangkupun ikut menggambar dan bapak gurupun melihat satu persatu hasil gambar yang di buta oleh para murid.
ketika giliharan aku mau di lihat hasil gambarku aku bingung dan merasa takut karena tidak mengerjakan apa yang di perintah oleh bapak guru aku begitu sangat binggung dan tidak ada hasil pemikiran lagi akhirnya aku membuat gambar titik saja ketika bapak guru melihat dan menatakan kepada ku”mana gambar kamu nak” sapa bapak guru”gambar saya ini pak yang ada titiknya saja” jawab aku, bapak guru melihat gabarsaya terseyum dan mengatakan padaku”lain kali gambar aga di perbesar ea nak” kata bapak guru saya pun menjawab dengan terseyum “ ea pak”.
Setelah selesai sudah pembelajaran lonceng pulang pun berbunyi”teng-teng”.”Horeeeeee” jawab semua murid karena senang mendengar lonceng pulang berbunyi dan aku dan abangku pulang bersaman dengan berjalan kaki lagi.
Setelah 6 tahun lamanya di SD,  aku dan abangku duduk di kelas enam SD tibah lah saatnya yang di tungguh, gak juga di tungguh emang sudah prosudernya dari sananya yaitu ujian nasional/UN, waktu kami UN bukan di SD kami tapi kami hijrah ke SD lain di karenakan SD kami masik cabnya jadi kami harus hijrah di induknya kami ujian nasional selama 4 hari kaimi di sana tingal bersama guruh kami yang
kebetulan tempattingalnya dekat dengan SD tempat berlangsungnya UN di situ kami dapat bimbingan untuk menjawab pada saat menjawab soal UN nantinya setelah pertama kali masuk UN tepatnya hari senini kami pun di suruh berbaris dulu untuk di berikan pengarahan oleh para guru, setelah selesai pengarahan barulah kami di bubarkan dan di persilahkan masuk ruangan dengan nomor ujian yang telah di tetapkan oleh panitia UN.
Stelah selesai suda selam 4 hari kami ujian nasional kami pun pulang ke rumah masin-masing aku pun denagan abangku pun pulang ke rumah dan rasa yang begitu gembira karena UN berakhir, setelah UN berakhir saat yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba yaitu melihat hasil lulus atau tidak lulus
Pada saat itu kami di kumpulkan pada pukul 16.00 wib, seluruh murid berbaris di halaman sekolah untuk mendengar nama-nama siapa yang lulus pada saat ujian nasional ternyata begitu bapak guru membacakan pengumuman hasil ujian bukan satu persatu yang di sebutkan namanya”ternyata……..? kalian lulus semua nak” kata bapak guru, wah aku begitu senang mendengar hasil ujian nasional ternyatu aku lulus juga dari SD.
Setelah selesai dari SD lanjutlah aku masuk ke SMP di mana aku dan abangku masih bersamaan mendaftarkan untuk masuk ke SMP, pada waktu pendaptaran aku dan abangku di dampingin oleh ayah aku di mana pada saat itu ada dua pilihan yang di tawarkan kepada ayah ku”kalian mau masuk SMP atau MTS?” Tanya ayah ku pada kami “ Gimana ndak kau mau masuk apa? SMP atau MTS?” Tanya abangku kepada aku” masuk SMP aja lah bang kita” jawab aku kepada abangku, setelah abang aku menayangkan kepada aku dan abangku memberikan ke putusan juga”yah kami masuk SMP aja la” sapa abangku kepada ayah ku”eau da itu terserah kalian aja karena kalian berdua yang belajar bukan ayah”jawab ayah ku kepada kami.
 aku dan abangku di daptatarkan ke SMP oleh ayah ku dan waktu pendaptaran berlangsung panitia penerimaan pendaptaran begitu agak heran melihat aku dan abangku se akan  penuh rasa mau bertanya kepada ayahku”pak ko bisa sam anak bapak masuk smpnya pak” Tanya ibu panitia pendaptaran kepada ayah ku”ea buk dulu abangnya telat masuk di karenakan waktu dulu pindah di tempat kami belum ada SD jadi setahun setelah kami tinggal di sana barulah SD berdiri jadi abanya  telat masuk buk”jawab ayah ku kepada ibu panitia pendaptaran itu”oh begitu pak….? Jadi dari sampai sekarang barengan teruslah pak” Tanya kembali ibu panitia pendaptaran itu kepada ayah ku”ea lah buk”jawab ayah ku.
Setelah perbincangan antara ayah ku dengan ibu panitia pendaptaran itu selesai dan uang pendaptaran suda selesai di bayar oleh ayah ku, kami lalu pulang kerumah.
 sebelum sesampai di rumah di dalam perjalan ayahku bertanya kepada kami “gi mana tadi susanya di dalam SMP uda kalian lihat semua”  Tanya ayahku kepada kami “belum yah belum semua kan tadi kami duduk aja bersama ayah” jawab abangku setelah berbicara dengan ayah ku gak terasa kami pun telah sampai dirum dan aku pun lasung turun dari kereta lalu aku masuk kamar dengan tergesah gesah dan mengambil handuk terus aku berlari tergesah ke kamar mandi abangku dan ayah ku melihat aku begitu heran”kenapa iti si nanda” Tanya ayah ku kepada abangku”gak tau kenapa si nanda itu” jawab abangku aku mendengar sekilas saja dari telingaku aku tergesah gesah karena aku sakit perut mau buang air besar setelah selesai buang air barulah terasa legah.
Setelah aku hendak keluar dari kamar mandi “ahhhhhh barulah terasa legah”geremeng aku sambil berjalan ternyata abangaku memperhatikan aku”ndak kenapa kau ko turun dari kereta lasung lari kau?” Tanya abangku kepada aku “ sakit perut aku bang dari tadi aku tahan-tahan”jawab aku” abangku menayakan kembali”sakit apa perutmu?” jawab aku “sakit karena mau buang air bang”
“oooh alah abang kirain entah kenap rupanya kau mau buang air besar” kata abang ku sambil menggelekan kepalanya.
Ke esokan harinya waktu pertama kali masuk SMP aku dan abangku datang agak telat di karenakan aku ketiduran hingga lupa bangun pagi, karena terburu-burunya uang jajan pun lupa mintak, waktu pertama kali masuk SMP kami di mous oleh kaka senior seluruh siswa membawah peralatan ospek yang di minta kaka senior pada saat itu, sedangkan aku dan abangku tidak membawak sama sekali peralatan ospek karena terburu-buru.
Pengalam yang terjadi waktu aku masi smp sala satunya adalah bermain bola di mana sejak duduk di bangku kelas SD aku sudah bermain bola di tamba lagi di SMP pasilitas olaraga lengkap tapi yang aku gemarin dari begitu banyak jenis olaraga yang aku gemarin ea bermain bola kaki, di mana asalkan ea namanya pertandingan olaraga bola kaki pasti aku selalu tampil dan aku pun menjadi salah satu ujung toba, di mana pada waktu itu aku dan teman aku mendapatkan juara dua pertandingan ea di adakan di sekolah aku pertandingan waktu begitu sangat seru dari bapak penyisihan hinga akhirnya pinal aku selalu tampil begitu tajam memainkan bola di hadapan para penonton.
Di dalam permainan bola aku dan abangku selalu bersama dan tidak perna terpisah di mana aku sebagi penyerang sedangkan abangku sebagai baek bertahan, hingga pada suatu hari di desa aku mengadakan pertandingan local di bawah umur 1993 ke bawah di kampung aku kami di selksi oleh pelatih aku dan begitu banyak ea mau mendaptar di club tersebut akhirnya aku dan abangku terpilih juga
Waktu pembukaan turnamen di mulai pelatih dan beserta manager club aku bingung untuk mencari castum buat aku di karenakan castum yang ada pada saat itu semua berukuran besar sedangkan aku berukuran kecil buat tubuh aku dan di cari solusinya oleh pelatih aku agar aku dapat tampil di pembukaan turnamen pelatih aku membelikan baju yang berukuran badan aku tetapi warna yang agak berbeda dari yang lain setelah di beli ternyata masih ada masalah lagi dan masalahnya itu adalah tidak adanya nomor punggung di baju tersebut pelatih akupun kebingungan dengan ke adaan seperti itu mau di border tidak ada tukang border pada saat itu dan akhirnya pada saat itu aku sendiri yang punya solusinya ea itu aku beli sepidol permanen dan aku membuat nomor pada punggung baju aku ke bingungan mau nomor berapa di buat akhirnya aku di kasih tau solusinya oleh teman aku di berikan aku untuk memaki nomor punggung 14 karena pada saat itu nomor punggun 14 tidak ada yang memaki oleh para pemain club aku dan aku pun langsung mengukir di baju aku tersebut dengan penuh buru-buru setelah nomor punngung aku selesai aku buat aku berlari menemuhi pelatih aku.
Lalu pelatih aku memberihkan pengarahan bagai mana menghadapi saat musuh menyerang dan memberikan posisi pada setiap pemain dank e betulan pada waktu itu aku deberikan posisi sebagai stecer sedangkan abangku sebagai capten dan di posisi lain dia juga sebagai baek bertahan.
Begitu penyusun posisi sudah selesai selesai di sampaikan pelatih aku, wasit pun meniupkan peluitnya bertanda bahwa pemain yang bertanding pada saat itu akan segera masuk ke lapang lalu aku dan beseta temen aku memasuki lapngan begitupun dengan lawan kami juga masuk lapangan, begitu masuk ke lapangan kami di suruh berbaris dan sambil salam hormat pada penonton.
Begitu salam hormat kepada penonton selesai kami di suruh wasit untuk saling bersalaman begitu salam-salaman berlangsung aku melihat lawan takut sekali, takutnya aku di karenakan walan kami pada saat itu badannya begitu sangat besar-besar sehinga aku berpikir apa kami bisa melawan tim ini melihat badanya yang besar-besar kayak giini sedang kami hanya satu dua yang memiliki badan besar.begitu selesai suda persalaman dan wasit meniupkan pluitnya bertanda waktu bapak pertama di mulai awalnya aku agak takut merebut bola dari lawan sementara di sisi lain kalau tidak di rebut bolanya ea bakalan kala aku pun terpaksa merebut bola dari lawan ternya begitu mudahnya mengecoh lawan aku kira badanya besar jagog bermain bola ternyata sama aku dengan badan yang aku kecil mudah sekali untuk merebut bola dari lawan.
Saat aku membawa bola hendak mendekati gawang semua pemain baek lawan aka lewati tinggal satu lagi baek yang belum aku lewati begitu aka hendak melewati aku di taekek dari samping oleh baek lawan dan wasit meniupkan peluitnya bertanda bahwa pelanggaran dan wasit pun menunjukan di titik putih yang berkisar 12 meter dari penjaga gawang dan yang mengambil tendangan pinali bukan aku di tunjuk pelatih melainkan abangku begitu peluit di tiup abangku langsung menendang ternyata bola tersebut masuk ke gawng dan wasit meniupkan bahwa telah terjadi gol aku pun lari menuju kea rah pelatih aku karena senang telah terjadi gold an kami pun berpelukan dengan begitu gembira.
Waktu itu tim aku masuk pinal untuk mencari juara tiga, kebetulan tim aku berjumpa dengan tuan rumah, waktu permainan berlangsung terjadi kerusuhan terjadinya kerusuhan tuan rumah tidak terima dengan kekalahan di lapangan itu terjadi kerusuhan semua seporter tik aku masuk kelapangan dan tim aku di tarik keluar oleh pelatih aku dan wasit memutuskan tim aku kala karena melanggar peraturan bahwa tidak boleh melakukan kerusuhan di saat permainan di mulai  maka dari itu tim aku di berikan sangsi oleh wasit dan di nyatakan tim aku gugur, aku merasa jengkel sekali karena yang aku impikan gagal di mana pada saat itu aku topskor karena terjadi kerusuhan jadi aku tidak jadi topskor
Pada saat itu tim aku kalah ea berati aku beserta tim aku tidak bisa menaikan piala, aku beserta tim aku dan seponsor tim aku pulang membawa rasa kecewa karena tim aku telah gugur, setelah turnamen sudah selesai tim aku tidak mendapatkan juara hanyalah memegang juara empat di mana di dalam peraturan turnamen tersebut tim yang mendapatkan juara empat tidak mendapatkan apapun ternyata semua yang aku impikan tidak terwujut dan aku mendapatkan motipasi dari kekalahan tim aku.
Pada ke esokan harinya pelatih akupun mengadakan pertemuan membahas tentang kekalahan pada turnaman kemarin itu, pelatih tim aku memberikan setrategi bahwa tim aku akan di latih lebih baik lagi tim akupun mendapatkan pelatihan baru dari pelatih tim aku aku beserta temaun lain di pisik sebagus mungkin aku merasakan kaki aku pegel sekali karena di pisik sampe-sampe aku bangun tidur badan aku capek semuanya.
Ke esokan hari di SMP aku di adakan seleksi untuk ikut turnaman O2SN yang di adakan oleh program pemerintah pada saat itu yang boleh ikut seleksi yaitu yang berkelahiran tahun 1995 aku pun merasa jengkel karena aku tidak masuk kata gori tahun 1995 akupun berusa kepada untuk meyakini guru olahraga aku bahwa apa tidak ada solusi yang lain akupun jengkel sekali karena waktu itu tahun lahir aku salah seharusnya tahun lahir aku 1995 dan itu kesalahan di waktu SD, dan waktu itu pesaratanya adalah pohto cofy ijajah begitu aku sampai di rumah aku langsung mencari berkas dan yang aku cari pada saat itu ijajah SD aku karena rasa kesalnya bahwa kelahiran tahun 1994 tidal di perbolehkan pada saat itu begitu ketemu sama aku ijajah SD aku aku mengambil jalan pintas aku coret tahun lahir aku dan aku ganti dengan rasa aku yang begitu jengkel sampe-sampe orang tua aku aku tegur, dan kebetulan saat di waktu SD hendak membut status untuk pembuatan ijajah SD rumah aku jauh banget dari SD aku jadi aku membuatnya asa-asalan sehingga rasa jengkel itu tidak ada habis karena aku tua satu tahun dari temen-temen yang se angkatan dengan aku, dan waktu itu akupun tidak bisa ikut pada seleksi untuk kejuaran yang di adakan pemerintah. Ke esokan harinya Rasanya aku ingin menghilang dari rumah ku ini.semua orang bilang rumah adalah surge,tapi bagi aku ruma adalah neraka.Aku merasa tidak ada kedamaian yang aku dapat di rumah ku ini,aku ingin sekali seperti para remaja normal yang lain,tapi tidak perna terlaksana kepada ku,salasatunya alasanya  aku bertahan di rumah ini adalah bunda,hanyalah bunda yang mengganggap aku ada di sini.
Malam kini suda larut,tapi aku belum mampu memejamkan kedua bola mataku.Berbalik pikiran licik yang terlintas di benaku,pikiran-pikiran aneh yang meminta ku hengkak dsri rumah ini,meninggalkan keluargaku dan orang-orang yang hanya memberikan luka di hati ku.Tapi bagai mana dengan bunda jika lau aku pergi dari rumah?Aku tidak bakalan tega meninggalkan bunda di rumah ku ini.Tiba-tiba .
Cring…….

Hayalan ku buyar.Pikiran aneh dan kotor itu pun lenyap.Aku tersadar dari hayalan ku mendengar Suara bantingan guci,suara itu berasal dari ruang tamu.Lari buru-buru aku menuju ruang tamu.Aku mendengar suara ayah yang sangat keras yang di lontarkan kepada bunda lagi-lagi pertengkaran itu terjadi.Ini bukan pertama kalinya ayan dan bunda bertengkar .kuping aku sudah sering mendengar mereka bertengkar.Karena itu lah aku tidak betah di rumah.Akume lihat bunda tertunduk menagis tanpa tidak berani melihat wajah ayah yang sedang marah-marah,hati aku begitu sedih melihat bunda menagis.Ingin aku lari memeluk bunda dan membawa pergi bunda dari hadapan ayah yang sedang marah,tapi aku tidak berani ikut campur.Aku hanya bias melihat ma-mah di balik pintu.

Setelah ayah keluar dari ruang tamu,aku lari menghampiri bunda dan memeluknya,kuhapus air mataku agr bunda tidak melihatnya aku menagis.Aku tidak mau membuat bunda tamba sedih.
“Bunda yang sabar ea,mesikipun susah bunda harus kuat.Nanda  yakin suatu saat semua pasti berubah.”Aku berusaha meyakini bunda.
“Bunda tik apa-apa.Ma-mah baik-baik aja nang.”Ma-mah berusaha tersenyum didepan ku,ia tidak mau aku kuwatir dengan ke adanya.
“Ma-mah lebih baik istrirahat saja.Biar nanda membersikan pecahan gucih ini,lagi pula bunda sudah capek kerja satu harian.”
“Tidak apa-apa Nang,biar aja Ma-mah yang membersikan.Lebih baik nang tidur.Besokan pagi nang kan harus  ngampus?” Ma-mah lalu mengambil sapu,untuk membersikan pecahan guci itu.Tapi  aku lari cepat untuk mengabil lebih deluan sapu itu.
“Ma-mah besok gak ada jadwal ngampus,Nanda libur jadi biar Nanda yang bersikan semuany.Kalau memang Ma-mah belum ngantuk,bunda duduk aja dulu di sopa.Nanda bukan anak kecil lagi.Pekerjaan seperti ini tentu gampang Ma-mah……..”Aku berusaha sekilas untuk menghibur Ma-mah,Aku lihat Ma-mah terseyum di benak bibirnya.
“Nah,gitu dong bunda,kalau Ma-mah sayum tambah manis dan cantik.Nanda jadi  tamba semangat.Ea sudah Ma-mah duduk manis aja di situ.Biar Nanda yang membersikan semua.Di jamin semuanya bersih.”Segera aku sapu semua pecahan gici itu dan memasukanya kedalam tong sampah.Setelah selesai ,aku menghampiri bunda.
“Bersih kan Ma-mah?Nanda bilang juga apa,kalau Nanda yang ngerjain pasti cepat selesai.”
“Ea deh.Nang kan hebat.”Ma-mah mengacukan jempol sambil terseyum.
“Nanda cuci tangan dulu ea bunda.”Buru-buru aku lari kekamar mandi untuk cuci kedua tangan ku,sambil merasa sakit karena terkena goresan pecahan guci.Aku tidak mau Ma-mah khawatir karena luka kecil ini.Setelah selesai aku langsung menuju ke kamar.Aku kira bunda sudah kekamar karena aku sudah tidak melihatnya di sopa ketika aku keluar dari kamar mandi.Tiba-tiba aku mendengar pintu kamar ku di ketuk,ketika aku membuka pintu aku terkejut melihat bunda sudah ada di depan pintu kamar ku.Terlebih terkejutnya melihat kotak obat yang ada di tangan Ma-mah.Ma-mah langsung masuk ke kamar ku dan duduk di tepi bayang.

“Ma-mah,ko belum tidur?kotak obat itu buat apa?”Aku pura-pura tidak tahu apa maksud Ma-mah dengan kotak obat itu.
“Sudalah jangan purah-purah bodoh.Mana tangan mu?Biar bunda obati.”Ma-mah kemudian membuka kotak obatnya
“Tangan Nanda tidak kenak apa-apa bunda.” Aku tetap saja mengelak
“Nang,bunda tau pasti tangan kamu luka gara-gara pecahan guci itu.”Akhirnya aku tidak bias mengelak lagi.Lalu aku tunjukan tanganku yang terluka itu.Dengan hati-hatinya bunda mengobati dan membalutnya.
“Terimakasih ea Ma-mah.Nanda saying bunda.”Aku peluk Ma-mah dengan erat.Tidak sadar air mata ku mengalir membasahi pipiku.Cepat-cepat aku menghapus air mataku agar Ma-mah tidak melihat aku menagis.

“Nang bunda juga sayang…….Ea sudah sekaran nang tidur.”Aku membaringkan badan ku sementara bunda mengambil selimut dan menyelimuti ku lalu mencium kening ku.Ma-mah lalu keluar dari kamar ku dan bunda kembali ke kamarnya,sebelum aku tertidur aku berdoa semoga semua akan menjadi baik-baik saja.Malam itu aku tidur dengan nyeyak.
Mentari pagi timbul dan meyusup jendela kamarku,yang hanya dilapisi tirai putih yang tipis.Aku segera bangkit.Aku buka jendela untuk menghirup udara segar.

“Em……segarnya…..”Aku rasakan udara pagi masuk mengisi rongga di dadaku,mentari menyapa dengan kehangatanya.Setelah aku puas menghirup udara pagi,aku keluar dari kamar untuk menemui bunda.Tapi sama sekali aku tidak melihat bunda.aku berpikir mungkin bunda pergi kepasar untuk belanja dapur.Aku melihat kondisi rumah yang berantakan.Aku putuskan untuk beres-beresih lagi pula aku libur ke-sekolah,setidak nya lebih mengurangi pekerjaan Ma-mah.Kasian kalau bunda mengerjakan semuanya.

Mentari sudah semakin cerah.tapi bunda belum juga pulang.Ayah juga pergi tidak tahu kemana,aku tidak berani mencampuri urusan ayah.Sementara kaka ku masih terlelap,aku juga tidak berani membaguninya.Aku begitu mengkhawatirkan Ma-mah,aku takut Ma-mah kenapa-kenapa.Sementara abang Edi dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri,kadang aku iri dengan kedatangan abang Edi dengan ayah.Ayah terlalu memanjakan abang Edi tanpa memperhatikan aku.Semua apa yang di inginkan abang pasti di turuti,sementar aku tidar perna di turuti apa yang aku ingin kan,sikap ayah selalu memanjakan abang membuatnya dia egois,kadang aku jengkel dan merasa kesal.Abang selalu iri dengan apa yang ku punya dan ingin memilikinya,padahal aku yakin,ia bias lebih jika ia minta sama ayah.Setiap kali aku bertanya kepada bunda,ia tidak pernah member tahu kenapa abag selalu menyalahkan aku atas pertengkaran ayah dan Ma-mah.

Hinga pada suatu hari.Abang membongkar semuanya.Waktu itu aku sedang bertengkar dengan abang gara-gara ia menghilangkan jam tangan yang di berikan Ma-mah sebagai kado ulnang tahun ku.Gar-gara jam itu hilang bunda marah padaku,aku tidak bias sabar menghadapi sikapnya yang menjengkelkan

“Abang kenapa menghilangkan jam Nanda? Jam itu Cuma  jam murahan,kalau aku mau aja aku bias beli yang lebih bagus dari itu.”Aku semakin jengkel dengan sikapnya.
“Bang,jam itu memang murahan.Tapi itu pemberian dari bunda,kalau Abag memang bias beli lebih bagus kenapa jam nanda  di pakai dan menghilangkanya? Bukan Cuma jam aja semua benda Nanda pasti abang ambil dan ujung-ujungnya rusak dan hilang,kenapa sih, abang tidak pernah mau melihat Nanda bahagia?” Air mata ku mengalir membasahi pipi ku.
“Apa,kamu bilang.Bahagia……..? Kamu itu tidak pantas bahagia gara-gara kamu ayah dan bunda sering bertengkar.Di rumah ini tidak ada ke bahagian yang ada hanya kebencian.”Kata-kata abang semakin meyakiti hatiku.
“Maksud abang apaNya?kenapa abang mengatakan kalau nanda  adalah penyebab pertengkaran ayah dan bunda.”

“Oh,jadi kamu belum tahu selama ini?kamu itu bukan siapa-siapa di rumah ini jangan pangil aku abang karena aku bukan abang mu.kamu mau tahu kenapa ayah tidak mau peduli sama kamu?itu karena kamu bukan ank ayah.”kata-kata abang membuatku pikiran melayang entah kemana,pandanganku kabur,kaki ku terasa kelu dan akhirnya aku jatuh kelantai,abang berlalu meninggalkan aku.Aku tidak berani menayakan itu kepada bunda.Aku takut Ma-mah marah,aku ingin bunda sendiri yang cerita sama aku,meskipun itu semua benar,aku yakin bunda mempunyai alasan yang kuat mengapa ia tidak mau memberitahu tentang kebenaran itu.
Ma-mah menyadari perubahan aku.Ketika aku melamun di bayang kamarku Ma-amh datang menghampiri aku.

“Nang akhir-akhir ini Ma-mah perhatiin Nang suka melamun,ada apa sih sayang?” Ma-mah mengusap kepalaku sambil merangkulku dengan lembut.Aku merasa lebih tenang ketika di peluk Ma-mah.
“Nanda tidak apa-apa Ma-mah.”Aku berusaha mengelak.
“Nang,Ma-mah tahu pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Ma-mah? Nang cerita sama Ma-mah.”Munkin sudah saatnya aku cerita sama Ma-mah.
“Ma-mah,ap………apa……apa bener kalau Nanda bukan anak ayah?” Aku tidak berani menatap wajah Mamah.aku tertunduk sambil menunggu jawaban Ma-mah.
“Nang,kenapa berbicara seperti itu? Kalau kamu bukan ayah lalu Nang anak siapa? Memanya siapa yang bilang kalau Nang itu bukan ank ayah.” Ma-mah tetap sabar menghadapi aku.
“Beberapa hari yang lalu,abang bilang kalu Nanda bukan anak ayah.Abang juga bilang kalau Ma-mah bertengkar itu karena Nanda apakah semua itu benar Ma-mah?”Air mataku mulai mengalir jika mengigat perkataan abang.
“Nanda itu anak ayah dan Ma-mah,jangan dengerin semua kata-kata abang.Ia tidak tahu apa-apa percaya sama Ma-mah.”Ma-mah berusaha menenangkan Susana hati ku.
“Kalau Nanda anak ayah.Kenapa tidak pernah mau peduli sama Nanda?” Aku masih tidak percaya.
“Nang, memang mau tahu.Ma-mah akan ceritakan.Dulu,Sebelum Nang lahir ayah sering kerja keluar kota selama beberapa bulan,waktu itu Ma-mah sedang hamil.ayah di tugaskan kekota selama empat bulan.Entah siapa yang mengarang cerita kalau ayah bekerja keluar kota Ma-mah sering ketemu mantan pacar Ma-mah.Awalnya ayah tidak percaya semua cerita itu.Tapi lama kelamaan ayah percaya semua perkataan itu,Hinga pada suatu hari,waktu Ma-mah pulang dari pasar ibu mengalami kecelakaan kecil,kebetulan di tempan lokasi kejadian ada mantan pacar Ma-mah.

Dia mengantarkan Ma-mah kerumah.Ayah melihat Ma-mah bersama lelaki lain,ayah marah pada bunda dan menuduh Ma-mah yang bukan-bukan.Ayah tidak mau mendengar penjelasan Ma-mah.Ayah menyuru Ma-mah untuk mengugurkan kandungan Ma-mah,tapi Ma-mah tidak mau karena bayi yang ada di dalam kandungan Ma-mah adalah anak ayah,sejak itulah ayah selalu bersikap kasar sama Ma-mah.
Ma-mah minta maaf gara-gara Ma-mah Nang jadi menderita.”Ma-mah merangkul aku dengan erat.

“Seharusnya,Nanda yang minta maaf bunda,gara-gara Nanda ayah selalu bersikap kasar pada bunda,”Bunda melepaskan pelukannya dengan perlahan-lahan dengan lembut,bunda menghapus air mataku dengan telapa tangan Ma-mah dan mencium kening ku.
“Nang sekarang sudah tahu yang sebenarnya.Nang berdoa semoga ayah membukan hatinya dan menganggap Nang adalah anak ayah sepenuhnya.” Akhirnya kegelisaan ku selama ini terjawab juga.

Hape rumah bordering melelehkan suasana.Ma-mahsegera keluar dari kamar ku.Tiba-tiba aku mendengar suara Ma-mah menagis.Aku segera keluar dari kamar ku dang menghampiri Ma-mah.
“Ada apa Ma-mah? Kenapa Ma-mah menangis lagi?” Aku penuh penasaran kenapa bunda menagis setelah mengangkat telepon rumah.
“Ayah mu.Ayah mu cinta.ayah kecelakaan.Sekarang ayah ada di rumah sakit kita harus kerumah sakit sekarang.”Cepat-cepat Ma-mah bergeas,kemudian kami berangkat menuju rumah sakit.
Setiba di rumah sakit,aku melihat abang menagis di depan pintu ruangan ayah,Ma-mah segera menghampirinya.

“Bagai mana keadaan ayah Edi?” Tanya bunda dengan penuh khawatir.
“Kata dokter,ayah keritis bunda,ayah bayak kehilangan darah.Ayah bantu Ma-mah karena setok darah golongan O  di rumah sakit habis Ma-mah.” Abang menagis dengan penuh bingung.
“Bunda,golongan darah Nanda O bunda,Nanda mau donorin darah buat ayah,yang penting ayah sembuh dan selamat.Nanda iklas bunda.”Ma-mah kemudian merangkulku.”Tiga hari kemudian kondisi ayah mulai membaik.Tapi aku tidak berani melihat ayah aku hanya berani melihat dari pintu saja,tapi aku berharap ayah bias berubah.

Seorang memangil aku, betapa terkejutnya aku.Untuk pertamakalinya ayah memangilku.
“Nanda, ayah minta maaf selama ini ayah menggap Nanda tidak ada di hati ayah,ayh tidak pernah peduli sama Nanda.Ayah juga terimakasi ,karena Nanda sudah mau mendonorkan darah buat ayah.”Suara ayah begitu lembut.Air mata ku tunpa saat itu juga,air mata bahagia karena akhirnya ayah mau melihat ku.
“Ayah,seharusnya Nanda yang minta maaf sama ayah karena tidak bias menjadi anak yang lebih baik buat ayah dan itu uda menjadi kewajiban untuk menolong ayah,cinta berharap setela ayah sembuh keluarga kita bias berkumpul kembali.”
“Ea sayang,Ayah janji akan jadi suami yang baik buat Ma-mah dan ayah yang baik.”Ayah sadar dan mengakui semua kesalapahamanya dengan Ma-mah,kebahagiaan pun dating menhampiri.Itu semua kesabaran Ma-mah dalam menghadapi semua masalah. Aku sayang Ma-mah.

Pada aku duduk di kelas dua SMA aku pergi liburan ke tempat Amang boru aku
“Nanda cepat kau,uda di tunggu Amang boru kau”triak mamaku yang sedang menunggu akudi ruang tamu.”Ea mak..tungu sebentar.”Shut aku sambil membereskan barang-barang ke dalam koper.Tidak lama kemudian.aku pun keluar membawah koper menuju ke ruang tanamu.
“Uda siapa Nanda? Ayo kita berangkat.”Kata Amang boru dengan semangat.
“Ayok.Mang mangboru?Mak Nanda,pamit dulu ea do’akan Nanda sampai dengan tujuan.”kata bonar sambil mencium tangan mamanya.
“Ea Nanda,hati hati kau di jalan.Bantuin Amang boru mu disana ea.”
“Oke Mama ku aman itu.”Kata Aku sambil mengangkat tangan kananya ke atas telinganya.
Aku menaiki mobil sedan dengan Amang boruku meluncur ke sebuah kota Siantar Sumatra utara perjalanan  Aku.aku sebenarnya penasaran bagai mana kota Siantar itu karena aku belum pernah kesana.

aku pergi ke kota Siantar ingi berlibur sekalian melihat anak Amang boruku wisuda.Sebenarnya Amang boru ku teman dikampung ayah ku karena satu marga dari situ aku memangil Amang boru.
Perjalanan yang cukup jauh sudah tertempuh,berjam-jam aku berada di mobil.Tidak terasa aku Sampai di kota Siantar.

“Nanda,ayok turun….kita suda sampai.”Kata Amang boru sambil menurunkan barang-barang dari bagasi mobil sedan itu.
“Amang boru,tenyata ini Siantar?”Kata aku dengan raut wajah senyum.
“Ayok kita masuk,kita tidurnya di rumah Opung ea,sempit-simpit sedikit gak papakan? HaHaHa.”Canda Amang boru pada aku sambil berhenti di sala satu rumah.
“Gak papa kok Mang boru.” Jawab aku.
aku dan Amang boru memasuki sebuah rumah,yang berada di suatu perumahan.Dengan agak cangung aku memasuki rumah yang di bilang bersih.”
“Asalamualaikom.”aku dan Amang boru mengucapkan salam bersamaan.
“Walaikomsalam.”Jawab seorang opung yang sedang berduan dengan pasangan kekasinya itu.
“Opung,kenalkan ini Nanda anakny Pak Yusuf….Nanda kenalkan Ini Opung mertuanya Amang boru.”Amang boru segera mencium kedua tangan orang tua itu.
Ternyata Opung sudah menyiapkan kamar untuk Aku dan di persilakan untuk istrirahat.
“Aduh….Capek sekali aku ini ea..”Gumam aku sambil membaringkan badan ke kasur yang sangat empu itu.Tiba-tiba aku lupa jika aku belum Sholat is’a.Dengan cepat aku menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil air whuduk untuk sholat.Setela solat aku menuju kamar untu beristirahat.Ketika hendak masuk kamar aku melihat Foto besar yang terrpampang di dinding kamar.
“Ini siapa ea?Lucu sekali.”aku tak begitu peduli kali terhadap foto itu lagi.
Waktu pagi telah tiba aku bangun aku membantui Amang boru dan opung di dapur,karena aku tidak ingin merepotkan mereka.
“Opung,sini aku aja yang ngirisi cabainya.Opung duduk manis aja di situ.”aku merapas pisau sambil mengirisi cabai.
“Udah aku,enggak papa kok..”Opung melarang,tapi aku tetap mengirisi cabai.
“Opung.Lisa mau bikin susu.Ada air panas gak?”
“Itu kau rebus sendiri aj ea….”
“Oke lah kalau begitu Pung.”
Seorang wanita cantik polos yang sedang berusaha mengumpulkan nyawanya berada tepat di depan aku.
“Kaya perna lihat, tapi dimana ea?”aku sekilar berpikir.
“Kau aku ea?Kenal kan nama ku Lisa.Ccunya Opung.”Sapa lisa sambil mengulurkan tangan kananya.
“Ea..Aku aku.”aku menjawab dengan malu-malu sabil menjabat tangan lisa.
Sejak perkenalan iti aku dan Lisa menjadi akrab Saling bercerita tentang mereka,seperti hoby,tentang sekola dan lainya.Dengan sering waktu entah mengapa ada suatu perasaan di hati Bonar,suatu perasaan yang sulit di selidiki.Suatu perasaan yang bias di ungkapkan dengan kata-kata,tapi perasaan yang hanya bias dikatakan dengan hati,perasaan itu muncul begitu saja.
Kali ini aku Bimbang,bingung,resah.Bagaiman mungkin aku bias mencintai hanya dalam sekejap begitu saja.
“Ea tuhan,ada apa perasan ku ini.”aku berkata sambil melamun.
Beberapa hari lagi aku akan pulang ke kota asalnya.Hari demi hari di lalui oleh aku.Lisa selalu memberikan perhatian kecil untuk aku.
Aku memamfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bersama Lisa.Kadang saat bersama Lisa dan Bonar sering bicara dengan hati bonar apakah Lisa mencintai ku?
aku tidak mampu untuk mengungkapkanya suguh aku tidak sanggup,semua perasaan masih aku simpan.
Hari-hari bersama Lisa pun telah habis.Saatny aku pulang ke kota asalnya.Sebenarnya aku sangat sedih.aku harus pergi jauh dan tidak bias bertemu Lisa lagi,mungkin bias bertemu tapi entah kapan waktunya.aku segera kemasi barang-barang ke mobil di luar rumah Opung,aku memandang dengan teliti.aku kembali mengigat memori saat pertamakali aku menginjak di rumah itu,saat pertama kali aku melihat foto gadis yang cantik.saat pertama kali aku bertemu dengan seorang putra dari negri dongeng.Ea tuhan beri aku waktu lagi untuk tetap berada di tempat ini,tapi bagai mana pun aku juga harus pulang,aku ingin melanjutkan kuliah,dan tidak ingin orang tua aku kembali.
Memang perasaan itu masih tersimpan sangat rapat,aku ingi mengungkapkan peraan kepada Lisa,aku takut kalu Lisa tidak mempunyai perasaan yang sama seperti aku hinga sampai akhirnya aku pergi.
“Opung,Nanda pulang dulu ea…”
“Ea Nanda,makasih ea Nanda uda mau main kesini..”
“Emmm.. Opung ini,seharunya Nanda yang bilang terimakasih karena Opung uda ijinin Nanda tinggal di sini.”aku langsung merangkul Opung dengan erat.Tak lama aku melepaskan rangkulan dan menuju ke mobil.”
“Ayok Mang boru,kita berangkat..”Ajak aku pada Amang boru.
“Ayoklah,Nanda kita berangkat.”Ajak Amang boru kembali.
Setelah mobil sedan melewati perempatan jalan perumahan Opung.Tiba-tiba dating seorang bidadari cantik yang dari negri dongeng  sambil belari mengejar mobil sedan.
“Nand…….tunggu….Nanda tunggu……”Begitulah wanita iti bertriak. aku segera menolehkan.aku menyuruh Amang boru meyetop mobil.
“Mang boru…Mang boru berhenti dulu Mang boru.”Kata aku dengan tergesah-gesah.
“Oke Bonar.”Kata Amang boru,dengan jawaban terkejut.
Dan dengan segera aku turn dari mobil sedan itu.
“Lisa? Ada apa? Kok Lisa lari-lari kaya gitu?”Tanya aku.
“Nanda,kau mau ke mana?” Jawab lisa dengan napas ke capean.
“Ea……Mau pulang.Emang mau kemana lagi?emmm…Oh ea aku lupa pami sama Lisa,Aku pulang ea Lis………..”Jawab aku sambil tersenyum.
Seketika aku menuju pintu mobil,seketika itu Lisa menari tangan aku.
“Nanda….Lisa mohon jangan tingalkan aku”Kata-kata Lisa sambil memegang tangan aku.
“Loh….Kenapa emangnya Lis?”Jawab aku dengan penuh penasaran.
“Nanda dsini dulu biar Lisa jelaskan,sejak aku pertama melihat kamu aku suka sama kau,kamu ganteng,baik ,perhatian,rama lagi,aku juga gak tau kenapa perasaan aku seperti ini,yang jelas aku sayang banget sama kau.Ea aku bener ko,kamu mau gak pangeran ku dalam hidup ku?”
Dengan cepat aku meneteskan air mata,ternyata cinta aku tidak sebela mata.Lisa juga mencintai aku.
“Loh…..Nanda konagis?”Tanya Lisa dengan penasaran sambil gugup.
“Ngak kenapa-napa ko. Aku ju…..ju…..juga sayang kau ko Lisa.”aku menjawab dengan gugup.
“Bener nanda? Gak bohongkan pangeran ku….”
aku tidak menyangka akn mendapatkan Lisa.
“aku ini buat kau, biar kau ingat sama aku terus disana.Jangan lupa kabarin aku terus.”Kata-kata Lisa sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya
Lisa memberikan Kado kepad aku ternyata sebuah album foto yang berisikan semua wajah aku dalam berbagi expresi.
“Emm…..makasih ea Lis.Aku pamit dulu ea….aku akan hubungi bidadari ku ko.”kata-kata aku sambil terseyum.
“Ea….aku hati-hati di jalan ea pangeran ku.” aku dan Lisa saling berlawan melambaikan tangan.
Semu itu adalah rencana tuhan.aku dan Lisa saling mencintai walaupun Hubungan jarak jauh.aku dan Lisa saling percaya bahwa bahwa tuhan lah yang dapat mempersatuhkan.

Hari terus berganti hari, waktu terus berjalan tanpa pernah henti, disadari atau tidak saat ini aku telah menjadi seorang siwa kelas XII (ketika artikel ini ditulis) yang mana saat ini adalah masa2 terkhir aku berstatus sebagai siswa,yang Insya Allah tahun depan status siswa yang sudah aku tandang selama 12 tahun dari mulai aku menjadi siswa SD, SMP sampai SMA akan ku gantikan dengan status mahasiswa.
Ya  Mahasiswa… sebutan bagi generasi muda bangsa yang sedang menutut ilmu di jenjang perguruan tinggi, bisa dibilang hampir menjadi impian setiap orang bisa menyandang status mahasiswa apalagi bisa menjadi mahasiswa diperguruan tinggi favorit, Masya Allah semoga aku bisa menjadi bagian dari mereka, menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri favorit dengan fakultas dan bidang studi yang aku impikan, Amin Ya Allah.

Perguruan tinggi juga biasa disebut  dengan kuliah atau kampus, di salah satu blog yang pernah aku baca ketika sedang mencari tips lulus SMNPTN –Jalur Undangan- menyebutkan bahwa perguruan tinggi adalah pintu awal kesuksesan, ini sangan pantas menurutku, karena di perguruan tinggi memang tenpat dimana kita focus mempelajari bidang studi yang kita minati, yang mana nanti akan menjadi modal awal kita bekerja, berkarya dan menjadi bagian penting negeri ini.

Saat awal2 aku masuk SMA aku pernah galau harus memilih jurusan apa diperguruan tinggi nanti, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu aku mulai mengenal diriku sendiri, aku mulai tau harus kenapa aku setelah SMA nanti sehingga aku memutuskan Insya Allah tahun depan aku akan memilih jurusan Informatika/Ilmu Komputer, alasan aku memilih jurusan ini karena memang aku merasa kalau pession aku ada disini, ini juga sejalan dengan hobi aku yaitu segala sesuatu yang berbau dengan teknologi khususnya computer.

Masuk kuliah itu tidak mudah itu kata kata yang sering aku dengar dari para calon mahasiswa2 yang aku kenal, aku pribadi juga menyadari kalau untuk bisa masuk  perguruan tinggi negeri apalagi yang favorit itu itu tidak semudah masuk ke UNRI (universitas negri riau islam) yang tinggal masuk tanpa harus ini itu, masuk Perguruan tinggi itu butuh proses, iya benar prosess yang panjang bahkan, mulai dari persiapan jauh jauh hari sebelum ujian, registrasi hingga hari H tes, sesudah itu lagi lagi kita harus menunggu pengunguman yang buat hati tak bisa tenang.

Tes Potensi Akademik adalah tet untuk menentukan apakah kita layak lulus diperguruan tinggi yang kita pilih atau tidak, konon kabarnya tes ini lebih sulit daripada ujian nasional bukan sulit soalnya juga sih akan tetapi pengawasan yang super duper ketat mulai dari soal2 nya yang tidak pernah bocor hingga pengawasan saat ujiannya  hahahaha.. itumah yang aku dengar2 dari orang yang sudah pernah ikutan TPA ini.
 

Tapi itulah yang namanya hidup, mungkin kalau bebepa tahun yang lalu aku bisa belajar kapan aku mau, tapi sekerang kalau memang aku ingin menjadi mahasiswa di Perguruan tinggi negeri favorit aku harus belajar sungguh sungguh, aku harus bisa membanggakan kedua orang tua ku, harapan dari setiap orang tua pasti semoga anaknya bisa SUKSES, selain itu harapan terbesar ku juga adalah bisa lulu Seleksi  Masuk Perguruan Tinggi STMIK-AMIK-RIAU  fakultas Tekni Informatika.








Waktu terus berjalan, kuliah di semester satu bergulir dengan begitu cepat. Mata kuliah yang aku tempuh jauh berbeda dengan apa yang aku rasakan dengan masa-masa belajarku dulu di SMA. Kali ini aku bergelut di jurusan ilmu baru, program studi pendidikan administrasi perkantoran. Tak pernah terfikirkan olehku dulu apa itu administrasi perkantoran. Aku hanya mengira-ngira saat mendaftar dulu, progam studi itu adalah sebuah program studi yang mempelajari dunia perkantoran. Itu saja tak lebih, tak memikirkan dan mencari tahu yang lebih detail tentang program studi itu. Banyak pelajaran baru yang aku dapatkan disini, tertuang dalam berbagai mata kuliah yang diajarkan oleh berbagai dosen. Walau juga sebagian diantaranya tetap bergelut dalam bidang ekonomi yang pernah aku pelajari di SMA, walau hanya sekilas saja.

Ujian akhir semester pada semester satu pun datang, itu adalah ujian akhir semester pertamaku saat kuliah. Aku pun berusaha belajar dengan sebaiknya. Berharap bisa mendapatkan indeks prestasi sebaik mungkin. Ujian akhir semester mulai berjalan. Sangat berbeda dengan kala SMA, tak ada yang namanya nomer urut ujian dan pindah ke kelas lain untuk mengerjakan soal ujian. Ruangan yang di pakai sama, hanya satu dua memang yang terpaksa pindah. Teman-teman pun tak ada yang berbeda, berbeda kala aku SMA dulu yang biasanya akan berdampingan dengan adik kelas atau pun kakak kelas di samping tempatku duduk.




Hari pertama ujian, tak terkira sebelumnya teman-temanku kuliah datang lebih awal. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan ujian, terlihat bangku-bangku itu sudah mulai penuh. Benar-benar pemandangan yang berbeda, nampak bangku-bangku itu menjadi rebutan untuk diduduki. Bangku-bangku itu diatur berjauhan antara satu bangku dengan yang lainnya. Sebuah bangku kuliah yang hanya memang muat untuk satu orang itu pun sudah terlihat terpenuhi di bagian barisan  paling belakang. Bangku kuliah yang mempunyai meja kecil di depannya itu hanya menyisakan barisan depan yang kosong.  Bagiku itu tak masalah, aku memang suka bangku di barisan depan kala ujian. Walau kala waktu jam perkuliahan biasa, aku lebih suka di bagian belakang. Barisan depan menurutku adalah barisan yang paling kondusif dan tenang. Tak seperti barisan belakang yang ramai terdengar bisikan dan gaduh dengan isyarat. Tak dipungkiri memang, barisan belakang menjadi sebuah barisan yang menjadi tempat favorit bagi orang-orang yang suka mencontek atau bekerja sama kala ujian. Mungkin di barisan belakang menjadi posisi paling aman, karena jauh dari jangkauan posisi sang pengawas.

Aku sadar memang aku bukanlah orang yang sangat pintar, tetapi bagiku tak masalah jika duduk di bangku paling depan. Kebalikkan dari para pencontek yang merasa aman duduk di barisan belakang, maka mahaiswa-mahasiswa yang ingin jujur pun sangan merasa aman duduk di barisan paling depan. Di bagian barisan paling depan, jarang dijumpai godaan-godaan untuk mencontek dan juga bekerja sama. Bagiku, tak masalah jika tak bisa bekerja sama dengan teman yang lain. Tak masalah jika tak bisa meminta contekan kepada teman yang lain. Bagiku ujian bukan hanya berorientasi tentang nilai yang harus aku peroleh, bukan hanya berorientasi pada besarnya indeks prestasi yang akan aku peroleh. Ujian itu bagiku memang sebagai tolak ukur kemampuanku. Semua harus aku kerjakan dengan baik serta dengan proses yang baik pula. Aku tak akan bangga jika mendapatkan nilai yang bagus tapi hanya karena sebuah contekan. Hal itu sama saja bukanlah hasil dari kerja kerasku sendiri. Lebih baik berapapun hasilnya tetapi adalah jerih payahku sendiri. Bagiku tetap seperti prinsipku kala SMA dulu, proses yang baik itulah yang akan memberikan manfaat yang baik. kejujuran itu pun harus aku lakukan, karena itu juga bagian dari ujian.

Hari-hari ujian pun akhirnya selesai, semua berjalan dengan lancar, terkecuali satu ujian mata kuliah yang aku terkendala olehnya. Mata kuliah pengantar pemograman C++, aku tak bisa
menguasainya. Aku tak bisa menguasai mata kuliah yang selalu berhubungan dengan logika kredit itu. Mata kuliah yang sering kali membicarakan logika. Menghitungnya dengan angka berjuta-juta, namun hanya angka saja. Taka da uang aslinya. Kala ujian mata kuliah itu, soal-soal yang keluar sungguh tak sesuai dengan yang aku pelajari. Aku benar-benar merasa tak bisa mengerjakan dengan maksimal. Kenapa soalnya begitu berbeda dengan yang aku pelajari, fikirku mungkin karena dosen yang mengajar mata kuliah itu sempat berganti dosen di tengah semester. Dari beberapa soal yang ada di lembar soal, aku tak bisa mengerjakan semua. Aku berfikir mungkin aku akan mendapatkan nilai yang jelek pada ujian kali ini. Sempat berfikir tergoda untuk meminta bantuan kepada teman yang berada di dekatku, seolah setan berbisik mengatakan bahwa jika aku tak menyontek nilaiku akan buruk sekali. Aku sempat ragu dengan prinsipku, aku melihat lembar jawaban yang ada di depanku masih banyak yang kosong. Waktu terus berjalan, akhirnya aku putuskan untuk tetap tak meminta bantuan pada teman-temanku. Lebih baik aku tak menjawabnya, daripada lembar milikku terisi oleh jawaban orang lain. Akhirnya lembar jawaban milikku hanya terisi beberapa jawaban, tak bisa semua aku isi. Aku hanya pasrah, yang penting aku berusaha jujur.

KHS, masa dimana mahasiswa akan melihat hasil ujian yang telah dilaluinya. KHS seperti halnya pembagian rapot kala SMA. Perbedaannya,  saat SMA dulu nilaiku diberikan berupa cetakan dalam sebuah kertas. Namun di kampusku ini diberitahukan secaraonline. Lagi-lagi di kampusku, semua dilakukan dan dilihat di sistem yang bernama sikadu itu. semua serba online, harus diakses melalui internet. Aku pun membuka akun milikku yang ada di sikadu, setelah log in terdapat beberapa menu yang bisa mahasiswa pilih. Mataku tertuju sebuah tulisan yaitu yudisium, segera aku klik menu itu. Segera lah muncul nilai-nilaiku pada semester itu. Aku sempat tersenyum melihat nilai-nilaiku di bagian atas, terlihat nilai A, nilai AB, nilai B. Aku pun tak sabar untuk melihatnya satu-satu, aku langsung menarikcursor ke arah paling bawah. Sebuah bagian yang tertera rekap hasil nilai pada semester itu. Sontak senyumku berubah menjadi rasa sedih yang mendalam, tak terkira hasil pada semester satu itu sangat buruk bagiku. Jauh sekali dari target yang aku harapkan. Tertulis jelas bahwa indeks prestasiku kala itu adalah 3,00. Nilai yang begitu amat buruk fikirku, berbeda dengan teman-temanku yang kala itu membukanya lebih dulu. Banyak mereka yang indeks prestasinya lebih dari 3,5. Oh aku begitu kaget dan terpuruk. Aku coba amati nilai-nilaiku. Bagian atas kulihat baik-baik, namun mataku terkaget dengan sebuah nilai yang tertera pada mata kuliah pengantar pemograman C++. Tertulis nilai CD, dengan nilai asli 55. Oh mungkin inilah yang membuat nilaiku terpuruk, karena memang mata kuliah pengantar akuntansi memiliki bobot 2 sks. Tak terkira aku gagal pada mata kuliah itu.

                     

Rasa sedih pun kian bertambah ketika melihat teman-temanku mempunyai indeks prestasi yang lebih baik di atasku. Apalagi saat mengetahui beberapa teman yang aku ketahui di menyontek saat ujian tapi indeks prestasinya lebih baik dariku. Hal itu sungguh membuat hati ini bersedih. Namun ada perasaan senang saat mengetahui ada temanku yang sangat jujur kala ujian dan hasilnya sangat baik pula. Aku juga tak mengerti mengapa orang-orang yang suka menyontek itu bangga dengan indeks prestasinya. Padahal itu bukan musrni hasil kerjaannya sendiri. Bahkan sungguh membuat diri ini sebal ketika mereka itu memperbincangkan indeks prestasi mereka di depanku. Apa mereka tak merasa malu pada orang lain. Membiacarakan bahkan meributkan indeks prestasi mereka padahal itu bukan diperoleh dari cara yang jujur. Memang setelah aku pahami diantara orang yang paling senang saat yudisium itu adalah seorang yang jujur yang indeks prestasinya diatas para penyontek. Namun yang merasa sedih adalah mahasiswa yang mengalami nasib sebaliknya, mereka yang jujur tapi indeks prestasinya dibawah para penyontek. Sedangkan mahasiswa yang tak tahu malu adalah mereka para penyontek yang masih saja meributkan indeks prestasinya.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar