Rintik-rintik hujan mulai mengguyur
rumahku yang beradi di tepi sungai,aku kembali mengosokan keduah oragan
tanganku,badanku ke dinginan,selimut yang hanya menutupi setengah badan
ku,selimut satu tidak cukup menahan dinganya yang sungguh luar biasa.air hujan
yang jatuh di samping atap rumahku yang sudah rapuh itu,aku sepontan menggeserkan
organ tubuhku menjahui air hujan,tanpa tidak sadar aku membangunkan Bundaku
yang sedang terlelap tidur di sampingku.
“Engak
apa-apa Bunda,Bunda tiur kembali saja,besok pagi biar aku yang nempel atar
rumah yang bocor ini.”Ucapanku sambil trseyum,aku meletakan telapa tangan ku di
kening Bunda,sambil memeriksa suhu badan Bunda.
“Badan Bunda
memburuk,Bunda pasti ke dinginan sekali.Aku segera ke desa sebrang untuk
membelikan Bunda obat,Bunda bias nunggu aku sebentar?” Ucapan aku sambil
menyelimuti badan Bunda denga selimut yang tadi kupakai.
“Satu
selimut sudah cukup buat Bunda….tidak Luki lihat air hujan yang jatuh di
sampingmu?”Ucapan Bunda sambil mengembalikan selimut yang ku berikan tadi.
“Aku ingin memberikan obat pada Bunda,tidak
apa-apa Bunda aku ini kuat.Sedankan Bunda lemas sudah sepantasnya aku
melindungi Bunda.”Aku bergegas berdiri tapai lengan kananku di tahan oleh
Bunda,Bunda menatapku.Aku membalas dengan senyuman agar meyakini Bunda,aku
mengemgam telapa tangan Bunda yang memegang telapa tanganganku tadinya.
“Bila aku
disini tanpa melakukan sesuat hanya menambah rasa sedih yang kita alami
Bunda,aku ingin Bunda sehat seperti dulu.”Ucapan aku memohon kepada
Bunda,perlahan aku lepas gengaman tangan Bunda,lalu Bunda melepaskan kembali.
“Hati-hati
di jalan ea Luki…..Pastikan Luki pulang.”Aku mengangukan kepalaku.
“Bhkan
sungai ini memuntakan isi semuanya,aku kembali menemuhi Bunda.”Ucapan aku
sdengan bergegas sambil mengambil kantung pelastik yang ku angkat di atas ke
palaku dan beralari melewati hujan yang sangat deras.
Aku anak perempuan yang di lahirkan di
keluarga bahagia dan apa adanya,setiap hari aku jalani dengan langkah-langkah
ringan menganggap akan semuanya baiak-baik saja.Bunda selalu membangunkan aku
di pagi hari dengan membiasakan suara keras Bunda di telinga ku mengatakan
bahwa bahwa aka ada hari indah yang menanti aku.
Ayah ku
seorang nelayan,ayah bergigih membanting tulang.Ayah bergigih membanting tulang
sebelum terbit matahari dari timur hinga tengelam kembali,ayah sering berbicara
dengan tegas
“Jadilah
seorang wanita yang sesunguhnya bila kau tidak sanggup jangan menyebut di rimu
wanita.”Mungkin itu alas an ayah mengapa ayah tidak pernah mengizinkan Bunda
bekerja.Hingga suatu hari ayah mengatakan padaku.
“Luki ini
adalah rahasia antrara Luki dan Ayah.Ayh mempunyai hal yang berharga di dalam
hidup ayah, yang tidak bias di tandingi dengan isi yang ada di bumi ini,jikalau
ayah menitipkan pada Luki,maukah Luki menjagnya degan sepenuh hati Luki?”Tanya
ayah dengan raut raut wajah yang serius,aku terdiam tanpa kata-kata.
“Ea ayah
Luki akan menjaganya dengan sepenuh hati.Tapi apa hal yang berharga itu
ayah?”Tanya aku kembali kepada ayah,ayah terseyum padaku.
“Hal yang
berharga adalah Bunda mu,berjanjilah bahwa Luki akan selalu menjaga Bunda.”
Ucapan ayah kepaku,aku terdiam tidak seakan tidak mengerti.
“Mengapa
ayah menitipkan Bunda kepadaku.” Tanya aku tapi ayah malah terseyum dan
bergegas berangkat kerja.Ea itu lah pesan terakhir ayah ku sebelum ayah melawan
ombak,dengan tetesan air mata yang mengalir di Bundaku.
“Pak tolong
satu obat penurun panas.” Ucap aku pada perawat yang berada di apotik,ia
memegang dan memilih beberapa obat di antara beberapa obat dan melihat tulisan
di botol obat sekilas sebelum ia memberikan kepadaku.
“Apa orang
tau mu demam lagi.”Aku menanggukan kepalaku,ia mengambil kertas nota.
“Sudah
sekian kali,obat ini hanya dapat meredahkan.Orang tua mu harus di cek Luki”
Ucapan perawat kepadaku sambil memberika nota dengan tulisan sejumlah total
uang yang harus di bayar,aku mengeluarkan uang yang ada di saku,kusanm dan
basah.
“Kau sunguh
basah kuyup,setidaknya kau memakai paying dari pada kantung pelastik itu?”
Tanya perawat itu lagi,aku mengelengkan kepala dan menyerhkan
pembayaran.Perawat itu membukuskan obatnya dan memberikan kepadaku.
“Pastikan
orang tua mu memkonsumsi makanan-makanan hangat sebelum meminum obat ini Luki.”
Ucapan perawat ,aku menganguk dan aku henda membuka pintu
“Luki,apakah
tidak baik Luki menunguh hujan redah dulu?” Tanya perawat saat aku hendak
membuka pintu,aku mengeleng dan terseyum.
“Orang tua
aku sudah menuguh dengan cemas di rumah Pak.” Perawat itu terdiam kemudian
menganggukan kepalanya sambil terseyum kepadaku.
Hujan
semakin turun deras dengan tiupan angin yang begitu kencang.Aku segera membuka
pintu perlahan-lahan,aku tidak ingin Bunda terbangun hanya ingin membukakan
pintu buat aku. Tapi pemikiranku salah.Bunda bahkan menunggu aku dengan seyumun
dan raut wajah yang indah,Bunda lekas berdiri dan segera mengambil baju yang berada
di lemari lalu memberikan kepada ku,aku menerimanya dan memberikan obat pada
Bunda.
“Luki mau
Bunda bikini the hangat.” Kata bunda kepada ku,aku terseyum dan menganggukan
kepala ku,lalu aku bergegas menuju kamar ku untuk menganti baju ku yang basah
kuyup.
“Luki apa
bertemu dengan Rian?” Tanya Bunda,di saat menikmati teh hangat, aku
terbatuk-batuk.Rian,ia adalah perawat yang berada di apotik tadi,ia sangat
dekat bahkan beberapakali mengantarkan makanan.Aku menganggukan kepala ku.
“Perawat itu
bahkan meminta ku untuk memastikan Bunda ku agar makan-makanan hangat sebelum
minum obat.” Ucap aku sambil meminup the,dan melihat Bunda terseyum.
“Apakah Luki
tidak tertarik pada perawat itu?” Tanya Bundaku.
“Aku tidak
mengerti masut Bunda” Jawabku pada Bunda.
“Jangan
purah-purah tidak mengerti Luki sudah cukup umur untuk memulai keluarga apakah
Rian tidak cukup buat mu? Dia tanpan,ramah,pintar,dan dari keluarga yang baik.”
Lebih cukup Bunda perkataanku di dalam hati.Aku terdiam tidak mau membahasnya.
“Kenapa Luki
terdiam bila Bunda menayakanya? Apa Luki tidak ingin bekeluarga?” Tanya Bundaku
aku terdiam,lalu menatapnya dengan terseyum.
“Mungkin
bukan saat yang tepat Bunda.” Ucap ku sambil raut wajah agag kecewa.
“Lalu apakah
Luki bias memastikan pada saatnya ,Luki,tidak kah kau ingat pesan ayahmu?
Jadilah wanita yang sesungguhnya,bila kau tidak sanggup jangan menyebut di rimu
wanita.” Ucapan Bunda dengan nada tingi.Aku terdiam menunduk,menghelaikan
nafas.
“Adan janji
yang harus kutepati kepada Ayah…” Bunda terdian,aku lihat bibirnya terseyum.
“Saat telapa
tangan Luki hanya berukuran seperempat dari sekarang.Merawat Luki adalah hal
yang paling membahagiakan,saat luki hendak berusaha jalan Bunda dan Ayah hanya
bias menyemakatin Luki,Berkali Luki terjatuh tapi Luki tepat berusaha hingga
akhirnya Luki bias berlari,saat Luki menginjak anak-anak tergandang Luki sangat
bandel untuk memenuhi perintah Bunda,tapi Luki bias lihat sekarang Luki tumbu
menjadi anak yang lebih dari hebat dan tegar…. Itulah hasil Ayah dan Bunda
merawatmu.Tidak ada kat penyesalan yang terucap,Bunda dan Ayah sangat
berterimakasih yang telah memberikan warna warni di ke hidupan Ayah dan
Bunda.Kini tugas Luki sudah berada di depan mata,temukan arti hidup yang
sesungguhnya..” Kata-kata Bunda,sambil meneteskan air mata di pipi Bunda.
“Bisakah
Bunda melihat cucu-cucu Bunda nantinya?” Tanya Bunda,Aku mengganggukan me
mastikan Bunda.
Bunda adalah
sosok bidadari terpilih oleh sang maha kuas, melahirkan ku untuk melihat duni
yang jauh di depan sana.Sosok wanita kuat yang tidak bias di tandingi oleh
siapapun,yang merawatku dengan sepenuh kasih sayang,yang tidak bias di gantikan
apa-apa,sosok wanita yang mengajarkan aku tentang hidupku dan hanya ingin
hidupku berjalan dengan baik.Sosok wanita yang memastikan bahwa diriku
baik-baik saja.sosok wanita yang lemah lembut tetapi tegas dan yang lebih
sempurna dalam hidupku
Aku
telah berdoa dalam bayak hal,meminta banyak hal dan semuanya sungguh terdengar
oleh sang pencipta karena aku yakin dia tidak akan pernah tidur mendengar
perintah hambahnya.Terima kasih sudah melahirkan ku dari rahim orang yang
menyayangi aku dari segalanya.Dan terimakasih telah meridohiku untuk memenuhi
untuk kesempatan yang terakhir klinya.
“Bunda…..kini
tugas mulia sudah selesai,kini Bunda bias kembali dengan Ayah dan tenang di
atas bersamanya, di tempat yang terbaik yang di persilahkan oleh sang
pencipta……”
Belum ada tanggapan untuk "Permintaan Terakhir Bunda Ku"
Posting Komentar