Awan- awan hitam kini mulai muncul,menutupi langit.Akan
menuangkan isinya.beberapa orang mengendarai motor mulai berteduh memakai jas
hujan,dinginya air hujan rupanya tak mampu mendinginkan panasnya hati Bonar.Tanpa
memperdulikan tanganya yang mulai kebas di sentuh kaum hawa dingin dan bajunya
yang basah kuyup.Bonar terus mengegas Win 100-nya menuju kea rah timur,tempat
menuju alun-alun utara keratin di terobosnya jalan dengan sangat lincah,tak
perduli dengan orang-orang yang mengimpit saat terkena air dari motornya,tanpa
di ingatnya Bonar kembali mengigat peristiwa yang membuat hatinya marah itu.
“Bunda ,uang bayar semester kulia mana?”Tanya Bonar kepada
ibunya yang sedang menghitung uang hasil
penjualan lontong sayur yang di jual setiap pagi di stasiun gambir.Raut wajah
ibunya langsung berubar,lemas.
“Bunda Cuma dapet segini cok.” Ucap bunda serayah menyerah
kan uang yang di hitungnya tadi.Bonar agak kaget begitu menghitung uang
kembali.Cuma ada seratus limapuluh.
“Bunda ini gimana sih?Aku kan uda minta dua minggu yang
lalu,masak Cuma segini bunda?klau segini yang ada ea jelas gak cukup la.”Suara
Bonar mulai meninggi.Raut wajahnya pun mulai merah padam.Pertanda emosi mulaim
naik.Bumta tentu tahu hal itu.Piling seorang ibu,mungkin.
“Tapi Bunda hanya punya segini cok.Entar kalu dagangan bunda
laris uangnya buat ucok semua."Bu mardus,tetanga kita yang kaya itu bersedia minjami bunda uang.Gak uasa kuwatir
la.”Ucap bunda dengan logat batak,sambil mengelus kepala anak laki-lakinya
itu.Berusaha meredam emosinya.Dengan kasar Bonar menyentakan tangan ibunya lalu
berkata marah.
“Bunda itu hanya tamat SD tau apa?Kalau besok aku gak bayar
uang semester aku bias di sekor tau?”Bentak Bonar keras,saking kerasnya Meli
adiknya keluar dari kamarnya.
“Abang apa-apaan kau ini bang?” Tanya Meli dengan keras.
“Diam kau,anak kecil?” Bonar menjawab dengan kasar.
“Abang tuh yang diam!”Emosi Meli ikut naik.”Bicara sama
orang tuah itu yang sopan Bang.Malah Bentak –bentak orang tua.Dasar anak
durhaka abang!”
Prak!Sebuah tamparan melayang ke Pipi Meli.
“Jaga mulu kau itu!”Teriak Bonar.
“Abang itu yang jaga mulut!”Meli membalas ucapan abanya itu
sambil mengelus pipi kananya yang memar akibat tamparan Bonar itu.Air mata
mulai mengalir di bibir alisnya.Sang bunda lasung merangkul anak perempuanya
itu.Sang bunda hanya mengucapkan pelan dan berulang-ulang.
“Astaghfirullahallajim.”
Singkat waktu.Bonar sampai di alun-alun timur.Suasana sore
itu tidaj terlalu ramai,hanya ada beberapa lapa dagang yang buka.Bonar memilih
bangku yang kosong,tapat di bawah pahon jati untuk mengeringkan bajunya yang
basa itu dan menghilangkan rasa kejengkelan yang di alaminya.Beberapa pengamen
jalana memainkan cirri music mereka,ada gitar,biola dan gendang.Sederhana tapi
nikmat dan tenang untuk di dengar.Tiba-tiba seoran jalan duduk
disampingnya.kulitnya putih,raut wajahnya jenaka.
“Main lagu apa saja,yang penting enak di dengar.Ini
kembalihanya ambil saja.”
Dia langsung bersiap mengambil lagu awal.Saat biola di
gesek.Bonar kaget.Dia tahu perish lagu itu,tak di sangka Dia itu memainkan lagu
bunda.Tanpa sadar.Bonar ikut bernyanyi mengikuti nada alunan lagu
“Kata mereka diriku selalu di manja.”
“Kata mereka diriku selalu ditimang.”
Air mata Bonar menetes tanpa mampu menahanya.Ia terus
menagis hinga pengamen itu selesai membawakan lagunya.
“Kenapa.Laek? Terharu ea?Lah orang keturunan Mozart,je.”
Canda si pengamen.
“Laek sih enak masih punya motor,punya rumah,punya
keluarga.Pasti enak ngak kaya aku.Hidup terbang-terbang,rumah gak punya,orang
tua aku ngak tau di mana.”
Pengamen itu terdiam sejenak.”Tapi walaupun kaya gitu aku
masih bias bersukur bias main biola dan sukur masih bias hidup.”
Kata-kata pengamen itu membuat Bonar tersadar.Apa yang telah
aku lakukan?Hati Bonar padahal bunda sudah berusaha menghidupi aku,tapi mala
aku membentak bunda.Bahkan aku tega menampar adik ku sendiri?Dasar longor?Bonar
meyesali perbuatanya,menyesal telah kasar kepada bundanya dan menampar adik
kandungnya.
Pengamen itu berkata-kata lagi.”Saya juga dulu pernah di
ceramai oleh seorang ustat.Beliau berkata.”Untuk semuah urusan di dunia jangan
lihat ke atas tapi lihat lah ke bawah,melihat orang yang lebih susah dari kita
bersukur sudah di beri nikmat lebih dari pada orang lain.”Gitu Laek….? Laek mau
ke mana?Mau pulang?”Tanyanya begitu melihat Bonar menyalah kan motornya,Bonar
ingin segera pulang ke rumah,untuk memeluk bunda.
Si pengamen menghapus-hapus kepalanya,kebingungan.”Apa aku
sala bicara sama si laek itu tadi ea?”
Bonar telah sampai di rumahnya,dil lihatnya sang bunda lagi
duduk di kursi.Meli duduk di samping bundanya dengan wajah ketus.Begitu melihat
anak laki-lakinya pulang,wanita itu beranjak menhampirinya.senyuman terpesona
di wajahnya ke bundahnya.
“Allhamdulilah Cok,kau sudah pulang.Udah bunda katakana,soal
biaya semester gak usalah kau khuwatir.”Bunda merogo kantongnya lalu menarik
gelang emas,bunda terseyum lagi.
Bonar,mandengarnya semakin merasa dirinya adalah anak
durhaka.Gelang itu adalah mas kawin yang di berikan aayahnya saat menikahi
ibunya dulu.Gelang yang sangat di sayangi bundanya.Bonar sering melihat
bundanya menagis sambil memeluk gelang pernikahan bundanya,mukin karena ayah
telah lama meninggal duni.
“Bunda,pokonya jangan pernah menjual kalung ini lagi.Soal
biaya kuliah biar Bonar yang cari sendiri.”Bonar berkata sambil meneteskan air
matanya.Bunda melihat Bonar menagis bingung.
“Loh kau…….” Tanpa memberikan pertanyaan pada bunda.Bonar
merangkul dengan sangat erat.
“Maafkan Bonar,Bunda.”Ucapan Bonar,Bonar menagis dalam
rangkulan bundanya.Bunda hanya tersenyum
mengis sambil mengelus kepala Bonar.
“Enggak papa,nggak papa.Kau tidak penah punya salah sama
bunda.Yang penting minta maaf dulu sama adek mu,tadi Meli menagis terus.”Bonar
melepaskan pelukan dari bunda,lalu bergegas menuju Meli yang terus
menatapinya.Bonar bertuduk badan di depan Meli.
“Maafkan Abang,ea?” Meli memandang Bonar dengan lekat,Meli
terseyum.
“Meli sudah memaafkan Abang,” Jawab Meli.Bonar lalu
merangkul Meli ke pelukanya.Bunda lalu memeluk kedua anaknya dengan erat.Pada
saat itu Bonar bersumpah,dia tidak bakalan mengulang kembali peristiwa itu,dia
akan membahagiakan adiknya dan bundanya.
Belum ada tanggapan untuk "Sayang Bunda Untuk Anak-Nya."
Posting Komentar